Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi
Seorang yang sudah lulus dan menjadi seorang sarjana maka akan melanjutkan kariernya, ada sebagian yang melanjutkan pendidikannya menjadi Magister atau S2, ada juga yang memilih pendidikan profesi Akuntansi dan ada juga yang melanjutkan dengan bekerja. seseorang yang lulusan akuntansi telah banyak mendapatkan keahlian dan pengetahuan tentang akuntansi secara mendalam sejak mereka masih kuliah. Mahasiswa akuntansi dapat memilih kariernya sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik dan akuntan pemerintahan.
Pada saat ini sulitnya dalam mencari pekerjaan membuat seseorang lulusan akuntansi harus memiliki keahlian agar siap kerja dan mendapat karier yang baik, banyak saat ini mahasiswa yang memilih untuk menjadi wirausahawan. Tetapi, menjadi wirausahawan tidaklah mudah, walaupun setiap mahasiswa lulusan akuntansi mendapatkan matakuliah wirausahaan.
Pelajaran yang didapat oleh setiap mahasisiwa tidak hanya sebatas teori saja tetapi mahasiswa diajarkan untuk berwirausaha tetapi hanya sebatas kecil saja. Padahal ilmu yang didapat ini dapat menjadi solusi yang sangat baik untuk saat ini. Banyak lulusan yang berwirausaha tetapi tidak memiliki modal yang tidak besar.
Masalah ini sebetulnya dapat diatasi dengan bekerjasama dengan pemerintah dalam pengembangan modal, pemberian keterampilan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkecil resiko kerugian dan dapat menjadi seorang wirausahawan yang sukses dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi setiap masyarakat dan pada akhirnya dapat membantu pemerintah dalam memperkecil pengangguran.
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Akuntansi Internasional
Nama : i. andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
ika
Jumat, 17 Juni 2016
Selasa, 14 Juni 2016
akuntansi internasional tugas bulan ke 4
Topik / Tema : PSAK NO.10
Judul : ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.10 TAHUN 2012 TERHADAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PT. BANK CENTRAL ASIA (BCA) TBK.
Nama Penulis : 1. Andre Kevin Roring
2. Jenny Morasa
3. Rudy Pusung
Peneliti tertarik untuk menganalisis secara mendalam bagaimana penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, terutama dalam menentukan mata uang fungsional, prosedur yang dilakukan dalam pengukuran kembali ( remeasurement) serta bagaimana menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian deskriptif yaitu menganalisa dan membandingkan data-data yang diperoleh pada Penerapan PSAK No. 10 tahun 2012 terhadap Bank BCA. Metode Pengumpulan Data dalam Jenis Data yang digunakan data kualitatif dan kuantitatif, sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder. Bank BCA melakukan pertimbangan dalam menetukan mata uang Fungsional dengan memperhatikan hirarki indikator dalam penentuan suatu mata uang Fungsional yang dijelaskan dalam PSAK No.10 Tahun 2012 yaitu , Mata uang untuk dana dari aktifitas pendanaan dihasilkan (antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas). Dan Mata Uang untuk penerimaan dari aktifitas operasi pada umumnya ditahan. Pencatatan Tranaksi Bank dari awal pendirian hingga akhir tahun 2013 menggunakan Metode Single Currency dimana seluruh biaya dan pendapatan mata uang asing dicatat dalam mata uang Rupiah seperti yang telah di jelaskan sebelumnya sama seperti penerapan mata uang fungsional yang tetap menggunakan mata uang rupiah beserta proses pengukuran kembali pada laporan keuangan per 31 desember 2012 dan 2013. Bank melakukan pencatatatan menggunakan mata uang yang sama dengna mata uang Fungsional, yaitu Rupiah. Hal tersebut sesuai dengan PSAK No.10 (2012) tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing yang menjelaskan bahwa mata uang pencatatan disamakan dengan mata uang Fungsional. Pencatatan transaksi dengan menggunakan mata uang fungsional memberikan manfaat bagi Bank yaitu dapat memperkecil nilai selisih Kurs. PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang pengaruh perubahan Kurs Valuta Asing dijelaskan bahwa mata uang pelaporan diperbolehkan sama dengan mata uang Fungsional atau dapat juga berbeda. Sejak pendirian hingga sekarang pelaporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang rupiah juga sebagai mata uang fungsional yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari aktifitas bank, Bank BCA mentukan mata uang penyajian dalam laporan keuangan sama dengan mata uang fungsionalnya yaitu Rupiah. Penelitian sebelumnya oleh Litsyani (2012) mengenai Analisis Penerapan PSAK 10 (revisi 2010) pada perusahaan batu bara studi kasus PT.MMM mendukung penelitian sekarang yang membahas tentang penerapan PSAK No.10 tentang Analisis penelitian PSAK No.10 terhadap Bank Central Asia (BCA) Tbk., hasil penelitian sebelumnya adalah menganalisis cara perusahaan menggunakan mata uang Fungsional berdasarkan PSAK 10 revisi 2010 dan melakukan proses pengukuran kembali menggunakan mata uang fungsional untuk mencatat dan menyusun laporan keuangan, sedangkan penelitian sekarang juga membahas tentang menganalisis cara Bank menggunakan mata uang Fungsional berdasarkan PSAK No. 10 Tahun 2012 dan melakukan proses pengukuran kembali menggunakan mata uang fungsional untuk mencatat dan menyusun laporan keuangan. Kesimpulan dalam penelitian ini : PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. dalam menerapakan PSAK No.10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta asing telah menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung Penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 dalam Kegiatan aktivitas bank sesuai Standar Akuntansi yang berlaku, dalam hal ini Bank melakukan analisis-analisis untuk melihat Kebijakan Penerapan PSAK No.10 Tahun 2012 yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu dilihat dari penentuan mata uang Fungsional, pengukuran pos moneter dan pos non-moneter, dan penyajian kembali laporan keuangan setelah diterapkan PSAK No. 10 Tahun 2012.
Sumber :
Jurnal EMBA 351 Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal. 343-353
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
Judul : ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.10 TAHUN 2012 TERHADAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PT. BANK CENTRAL ASIA (BCA) TBK.
Nama Penulis : 1. Andre Kevin Roring
2. Jenny Morasa
3. Rudy Pusung
Peneliti tertarik untuk menganalisis secara mendalam bagaimana penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, terutama dalam menentukan mata uang fungsional, prosedur yang dilakukan dalam pengukuran kembali ( remeasurement) serta bagaimana menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian deskriptif yaitu menganalisa dan membandingkan data-data yang diperoleh pada Penerapan PSAK No. 10 tahun 2012 terhadap Bank BCA. Metode Pengumpulan Data dalam Jenis Data yang digunakan data kualitatif dan kuantitatif, sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder. Bank BCA melakukan pertimbangan dalam menetukan mata uang Fungsional dengan memperhatikan hirarki indikator dalam penentuan suatu mata uang Fungsional yang dijelaskan dalam PSAK No.10 Tahun 2012 yaitu , Mata uang untuk dana dari aktifitas pendanaan dihasilkan (antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas). Dan Mata Uang untuk penerimaan dari aktifitas operasi pada umumnya ditahan. Pencatatan Tranaksi Bank dari awal pendirian hingga akhir tahun 2013 menggunakan Metode Single Currency dimana seluruh biaya dan pendapatan mata uang asing dicatat dalam mata uang Rupiah seperti yang telah di jelaskan sebelumnya sama seperti penerapan mata uang fungsional yang tetap menggunakan mata uang rupiah beserta proses pengukuran kembali pada laporan keuangan per 31 desember 2012 dan 2013. Bank melakukan pencatatatan menggunakan mata uang yang sama dengna mata uang Fungsional, yaitu Rupiah. Hal tersebut sesuai dengan PSAK No.10 (2012) tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing yang menjelaskan bahwa mata uang pencatatan disamakan dengan mata uang Fungsional. Pencatatan transaksi dengan menggunakan mata uang fungsional memberikan manfaat bagi Bank yaitu dapat memperkecil nilai selisih Kurs. PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang pengaruh perubahan Kurs Valuta Asing dijelaskan bahwa mata uang pelaporan diperbolehkan sama dengan mata uang Fungsional atau dapat juga berbeda. Sejak pendirian hingga sekarang pelaporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang rupiah juga sebagai mata uang fungsional yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari aktifitas bank, Bank BCA mentukan mata uang penyajian dalam laporan keuangan sama dengan mata uang fungsionalnya yaitu Rupiah. Penelitian sebelumnya oleh Litsyani (2012) mengenai Analisis Penerapan PSAK 10 (revisi 2010) pada perusahaan batu bara studi kasus PT.MMM mendukung penelitian sekarang yang membahas tentang penerapan PSAK No.10 tentang Analisis penelitian PSAK No.10 terhadap Bank Central Asia (BCA) Tbk., hasil penelitian sebelumnya adalah menganalisis cara perusahaan menggunakan mata uang Fungsional berdasarkan PSAK 10 revisi 2010 dan melakukan proses pengukuran kembali menggunakan mata uang fungsional untuk mencatat dan menyusun laporan keuangan, sedangkan penelitian sekarang juga membahas tentang menganalisis cara Bank menggunakan mata uang Fungsional berdasarkan PSAK No. 10 Tahun 2012 dan melakukan proses pengukuran kembali menggunakan mata uang fungsional untuk mencatat dan menyusun laporan keuangan. Kesimpulan dalam penelitian ini : PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. dalam menerapakan PSAK No.10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta asing telah menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung Penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 dalam Kegiatan aktivitas bank sesuai Standar Akuntansi yang berlaku, dalam hal ini Bank melakukan analisis-analisis untuk melihat Kebijakan Penerapan PSAK No.10 Tahun 2012 yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu dilihat dari penentuan mata uang Fungsional, pengukuran pos moneter dan pos non-moneter, dan penyajian kembali laporan keuangan setelah diterapkan PSAK No. 10 Tahun 2012.
Sumber :
Jurnal EMBA 351 Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal. 343-353
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
Senin, 13 Juni 2016
akuntansi internasional tugas bulan ke 4
Topik / Tema : Implementasi IFRS
Judul : DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN AKUNTANSI DI INDONESIA
Nama Penulis : Nining Ika Wahyuni
Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meresmikan (grand launching) program konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS), yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Indonesian GAAP) akan dikonvergensikan secara penuh dengan IFRS pada tanggal 1 Januari 2012. Tentu saja hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi dunia pendidikan terutama perguruan tinggi yang notabene dituntut untuk segera membuat perubahan dan mengambil langkah-langkah tertentu sehingga dapat mensukseskan rencana adopsi secara penuh standar akuntansi international terebut. Metoda penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metoda penelitian deskriptif dengan menggunakan sumber data dari berbagai literature berupa buku, informasi di media cetak maupun elektroknik serta dari internet. Proses konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak terhadap pendidikan, antara lain Perubahan mind-stream dari rulebased kepada principle-based, Banyak menggunakan professional judgemen, Banyak menggunakan fair value accounting, IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lain, Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS dan Peluang Riset. Banyak kalangan menilai dari segi pendidikan kita belum siap. Dikhawatirkan, lulusan PPA nantinya tidak memiliki kompetensi IFRS. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan IFRS, KAPd telah mengadopsi standar pendidikan internasional (International Education Standard/IES) yang dikeluarkan International Federation of Accountants (IFAC). IFAC mengeluarkan tujuh standar pendidikan internasional yang berlaku efektif per 1 Januari 2005. Profesi akuntan akan memainkan peran makin penting dalam perekonomian nasional saat Indonesia mulai menerapkan International Financial Reporting Standard (IFRS) pada 2012. Namun, karena keterbatasan pendidikan, jumlah dan kompetensi akuntan Indonesia terbilang belum memadai. Data dan fakta-fakta yang disampaikan Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Departemen Keuangan pada Dialog Komite Evaluasi dan Rekomendasi Pendidikan Profesi Akuntan (KERPPA) IAI yang dilaksanakan pada 20 Mei 2009 menunjukkan bahwa dibanding dengan negara-negara lain, kondisi profesi akuntan di Indonesia masih memprihatinkan baik dari sisi jumlah maupun kompetensi. Karena itu, daya saing jasa akuntansi di Indonesia masih terbilang rendah.. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Dalam rangka adopsi IFRS secara penuh di tahun 2012, KAPd banyak menggelar workshop nasional bagi kalangan dosen dengan tujuan training for the trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan bisa ditiru dan menyebar ke berbagai daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan di Indonesia bisa bersaing dengan lulusan luar negeri dan mampu memenuhi tuntutan IFRS.
Sumber :
Jurnal Akuntansi Universitas Jember, vol 9 No. 1. 2011
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
Judul : DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN AKUNTANSI DI INDONESIA
Nama Penulis : Nining Ika Wahyuni
Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meresmikan (grand launching) program konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS), yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Indonesian GAAP) akan dikonvergensikan secara penuh dengan IFRS pada tanggal 1 Januari 2012. Tentu saja hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi dunia pendidikan terutama perguruan tinggi yang notabene dituntut untuk segera membuat perubahan dan mengambil langkah-langkah tertentu sehingga dapat mensukseskan rencana adopsi secara penuh standar akuntansi international terebut. Metoda penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metoda penelitian deskriptif dengan menggunakan sumber data dari berbagai literature berupa buku, informasi di media cetak maupun elektroknik serta dari internet. Proses konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak terhadap pendidikan, antara lain Perubahan mind-stream dari rulebased kepada principle-based, Banyak menggunakan professional judgemen, Banyak menggunakan fair value accounting, IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lain, Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS dan Peluang Riset. Banyak kalangan menilai dari segi pendidikan kita belum siap. Dikhawatirkan, lulusan PPA nantinya tidak memiliki kompetensi IFRS. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan IFRS, KAPd telah mengadopsi standar pendidikan internasional (International Education Standard/IES) yang dikeluarkan International Federation of Accountants (IFAC). IFAC mengeluarkan tujuh standar pendidikan internasional yang berlaku efektif per 1 Januari 2005. Profesi akuntan akan memainkan peran makin penting dalam perekonomian nasional saat Indonesia mulai menerapkan International Financial Reporting Standard (IFRS) pada 2012. Namun, karena keterbatasan pendidikan, jumlah dan kompetensi akuntan Indonesia terbilang belum memadai. Data dan fakta-fakta yang disampaikan Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Departemen Keuangan pada Dialog Komite Evaluasi dan Rekomendasi Pendidikan Profesi Akuntan (KERPPA) IAI yang dilaksanakan pada 20 Mei 2009 menunjukkan bahwa dibanding dengan negara-negara lain, kondisi profesi akuntan di Indonesia masih memprihatinkan baik dari sisi jumlah maupun kompetensi. Karena itu, daya saing jasa akuntansi di Indonesia masih terbilang rendah.. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Dalam rangka adopsi IFRS secara penuh di tahun 2012, KAPd banyak menggelar workshop nasional bagi kalangan dosen dengan tujuan training for the trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan bisa ditiru dan menyebar ke berbagai daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan di Indonesia bisa bersaing dengan lulusan luar negeri dan mampu memenuhi tuntutan IFRS.
Sumber :
Jurnal Akuntansi Universitas Jember, vol 9 No. 1. 2011
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
akuntansi internasional tugas bulan ke 4
Topik / Tema : Pengungkapan Laporan Keuangan
Judul : ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DI INDONESIA
Nama Penulis : Farichah
laporan keuangan haruslah memuat pengungkapan informasi yang cukup (full disclosure). Pengungkapan informasi pada laporan keuangan dikelompokkan ke dalampengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntarydisclosure). Metode penelitian ini yaitu Y adalah variabel dependen dan X1 sampai X6 merupakan variabel independen. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, F – Test, dan NPar – Test. dengan keterangan : Y = indek skor pengungkapan, X1 = tingkat likuiditas (current ratio), X2 = tingkat solvabilitas (leverage ratio), X3 = tingkat rentabilitas (ROI), X4 = total assets, X5 = dummy jenis industri (manufaktur/non-manufaktur), X6 = dummy status perusahaan (PMA/PMDN), β = konstanta atau parameter dan e = error dan Populasi penelitian meliputi semua perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2004. Untuk menjamin bahwa variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terwakili maka sampel dipilih dengan metode proportionate stratified sampling. Hasil pengolahan data dengan regresi linier berganda menyebutkan bahwa status perusahaan (yang digolongkan ke dalam kelompok PMA dan PMDN) menunjukkan angka yang signifikan sebesar 0.000. Hasil ini berarti bahwa status perusahaan mempunyai pengaruh yang cukup terhadap kelengkapan pengungkapan. Variabel independen lainnya seperti Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Jenis Industri, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan. Nilai R sebesar 0.652 dan R2 sebesar 0.425. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Dummy Jenis Industri, serta Dummy Status Perusahaan hanya mampu menjelaskan sebesar 42,5% selebihnya terdapat variabel lain yang tidak dicakup dalam penelitian yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Dari tabel pengolahan ANOVA, signifikansinya adalah 0.000. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Dummy Jenis Industri, serta Dummy Status Perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (kelengkapan pengungkapan).
Sumber :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No.2, Juli 2009
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
Judul : ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DI INDONESIA
Nama Penulis : Farichah
laporan keuangan haruslah memuat pengungkapan informasi yang cukup (full disclosure). Pengungkapan informasi pada laporan keuangan dikelompokkan ke dalampengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntarydisclosure). Metode penelitian ini yaitu Y adalah variabel dependen dan X1 sampai X6 merupakan variabel independen. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, F – Test, dan NPar – Test. dengan keterangan : Y = indek skor pengungkapan, X1 = tingkat likuiditas (current ratio), X2 = tingkat solvabilitas (leverage ratio), X3 = tingkat rentabilitas (ROI), X4 = total assets, X5 = dummy jenis industri (manufaktur/non-manufaktur), X6 = dummy status perusahaan (PMA/PMDN), β = konstanta atau parameter dan e = error dan Populasi penelitian meliputi semua perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2004. Untuk menjamin bahwa variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terwakili maka sampel dipilih dengan metode proportionate stratified sampling. Hasil pengolahan data dengan regresi linier berganda menyebutkan bahwa status perusahaan (yang digolongkan ke dalam kelompok PMA dan PMDN) menunjukkan angka yang signifikan sebesar 0.000. Hasil ini berarti bahwa status perusahaan mempunyai pengaruh yang cukup terhadap kelengkapan pengungkapan. Variabel independen lainnya seperti Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Jenis Industri, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan. Nilai R sebesar 0.652 dan R2 sebesar 0.425. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Dummy Jenis Industri, serta Dummy Status Perusahaan hanya mampu menjelaskan sebesar 42,5% selebihnya terdapat variabel lain yang tidak dicakup dalam penelitian yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Dari tabel pengolahan ANOVA, signifikansinya adalah 0.000. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Dummy Jenis Industri, serta Dummy Status Perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (kelengkapan pengungkapan).
Sumber :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No.2, Juli 2009
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
akuntansi internasional tugas bulan ke 4
Topik / Tema : Mata Uang Lokal terhadap Nilai Ekspor
Judul : PENGARUH PELEMAHAN NILAI TUKAR MATA UANG LOKAL (IDR) TERHADAP NILAI EKSPOR (Studi Pada Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Tahun 2009-2013)
Nama Penulis : 1. Dio Putra Perdana
2. Fransisca Yaningwati
3. Muhammad Saifi
Penguatan nilai tukar mata uang tidak selalu memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, sama seperti pelemahan nilai tukar yang belum tentu berdampak negatif pada perusahaan, sebab fluktuasi nilai tukar mata uang akan menyebabkan terjadinya eksposur ekonomi dalam perdagangan bebas. Eksposur ekonomi adalah tingkat di mana nilai sekarang arus kas perusahaan dipengaruhi fluktuasi kurs, transaksi bisnis internasional yang memerlukan konversi mata uang mencerminkan eksposur transaksi, Ekspor dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki nilai ekspor CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia, selain itu CPO merupakan salah satu tulang punggung ekspor Indonesia, dari total 54,527 juta ton produksi CPO dunia, Indonesia memasok sebesar 28 juta ton pada tahun 2012 (www.ptpn6.com).Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan variabel X dan Y serta menggunakan analisis Deskriptif yaitu dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah dari setiap variabe dan Analisis Inferensial yaitu Uji Asumsi Klasik : Uji Normalitas ; Uji Heteroskedastisitas, Regresi Linear dan Uji Hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor dengan nilai statistik uji |thitung| lebih besar dari ttabel (4,963> 2,032).Selain itu, berdasarkan dari nilai signifikansi pada tabel anova, yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Dari kedua perbandingan tersebut dapat diambil keputusan H0 ditolak pada taraf . Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Ekspor (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi melalui uji t menunjukkan variabel Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Ekspor dengan nilai thitung sebesar 4,963 yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan satu persen efisiensi Depresiasi akan diikuti dengan kenaikan sebesar 2,032. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap nilai ekspor. Variabel bebas yang digunakan adalah Depresiasi (X), sedangkan Nilai Ekspor (Y) menjadi variabel terikat. Berdasarkan pada uji hipotesis dapat diketahui bahwa: Variabel depresiasi (X) berpengaruh siginifikan terhadap variabel nilai ekspor (Y), Hal ini dapat diartikan bahwa terjadinya pelemahan nilai tukar mata uang mata uang lokal secara signifikan mempengaruhi terjadinya kenaikan nilai ekspor.
Sumber : Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 17 No. 2 Desember 2014
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
Judul : PENGARUH PELEMAHAN NILAI TUKAR MATA UANG LOKAL (IDR) TERHADAP NILAI EKSPOR (Studi Pada Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Tahun 2009-2013)
Nama Penulis : 1. Dio Putra Perdana
2. Fransisca Yaningwati
3. Muhammad Saifi
Penguatan nilai tukar mata uang tidak selalu memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, sama seperti pelemahan nilai tukar yang belum tentu berdampak negatif pada perusahaan, sebab fluktuasi nilai tukar mata uang akan menyebabkan terjadinya eksposur ekonomi dalam perdagangan bebas. Eksposur ekonomi adalah tingkat di mana nilai sekarang arus kas perusahaan dipengaruhi fluktuasi kurs, transaksi bisnis internasional yang memerlukan konversi mata uang mencerminkan eksposur transaksi, Ekspor dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki nilai ekspor CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia, selain itu CPO merupakan salah satu tulang punggung ekspor Indonesia, dari total 54,527 juta ton produksi CPO dunia, Indonesia memasok sebesar 28 juta ton pada tahun 2012 (www.ptpn6.com).Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan variabel X dan Y serta menggunakan analisis Deskriptif yaitu dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah dari setiap variabe dan Analisis Inferensial yaitu Uji Asumsi Klasik : Uji Normalitas ; Uji Heteroskedastisitas, Regresi Linear dan Uji Hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor dengan nilai statistik uji |thitung| lebih besar dari ttabel (4,963> 2,032).Selain itu, berdasarkan dari nilai signifikansi pada tabel anova, yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Dari kedua perbandingan tersebut dapat diambil keputusan H0 ditolak pada taraf . Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Ekspor (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi melalui uji t menunjukkan variabel Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Ekspor dengan nilai thitung sebesar 4,963 yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan satu persen efisiensi Depresiasi akan diikuti dengan kenaikan sebesar 2,032. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap nilai ekspor. Variabel bebas yang digunakan adalah Depresiasi (X), sedangkan Nilai Ekspor (Y) menjadi variabel terikat. Berdasarkan pada uji hipotesis dapat diketahui bahwa: Variabel depresiasi (X) berpengaruh siginifikan terhadap variabel nilai ekspor (Y), Hal ini dapat diartikan bahwa terjadinya pelemahan nilai tukar mata uang mata uang lokal secara signifikan mempengaruhi terjadinya kenaikan nilai ekspor.
Sumber : Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 17 No. 2 Desember 2014
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA
Selasa, 03 Mei 2016
MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN
MANAJEMEN RESIKO
KEUANGAN
Manajemen
resiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktifitas manusia
termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Pentingnya manajemen
risiko keuangan:
1. Pertumbuhan
jasa manajemen risiko yang cepat menunjukan bahwa manajemen dapat meningkatkan
nilai perusahaan dengan mengendalikan risiko keuangan.
2. Adanya
harapan besar dari investor pihak-pihak berkepentinganlainnya, agar manajer
keuangan mampu mengidentifikasi dan mengelola risiko pasar yang dihadapi secara
aktif.
Tujuan Manajemen Risiko
Tujuan
utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan
ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi disebut dengan risiko pasar.
Meskipun volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu
mempertimbangkan resiko lainnya:
1. Risiko
likuiditas, timbul karena tidak semua produk manajemen dapat diperdagangkan
secara bebas,Diskontinuitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu
menimbulkan perubahan harga secara bertahap,
2. Risiko
kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko
tidak dapat memenuhi kewajibannya,
3. Risiko
regulasi, adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas public melarang
penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu,
4. Risiko
pajak, merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat
memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan, dan
5. Risiko
akuntansi, adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat
dicatat selain bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai.
Mengelola Risiko
Keuangan
Mengendalikan
risiko keuangan dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena investor menyukai
manajer keuangan yang mampu mengidentifikasi dan mengelola risiko pasar.
stabilitas aliran kas bisa meminimalkan kejutan laba, sehingga ekspetasi arus
kas naik. Stabilitas laba mengurangi risiko gagal bayar dan kebangkrutan.
Manajemen eksposur yang aktif membuat perusahaan bisa konsentrasi pada resiko
bisnis utama. Misal, perusahaan manufaktur dapat terlindung dari resiko suku
bunga dan mata uang dengan berkonsentrasi pada produksi & pemasaran.
Pemberi pinjaman (kreditur), karyawan dan pelanggan juga bisa memperoleh
manfaat dari manajemen eksposur.
Peran Akuntansi
Akuntan
manajemen membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi
keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternatif, mengukur
potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk
lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas program lindung nilai.
Identifikasi
Risiko Pasar
Kerangka
dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasikan berbagai jenis risiko market
yang berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali
dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai
suatu perusahaan dan pesaingnya. Dan biasanya disebut sebagai kubus pemetaan
risiko. Istilah pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja
operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar
mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas
dan eukuitas. Dimensi ketiga dari kubus pemetaan risiko, melihat kemungkinan
hubungan antara risiko pasar dan pemicu nilai untuk masing-masing pesaing utama
perusahaan.
Jika
seorang pesaing membeli topi bisbol dari luar negeri dan mata uang negara sumber
pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang negara anda,
maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing anda mampu untuk menjual dengan
harga yang lebih rendah daripada anda. Ini disebut sebagai risiko kompetitif
mata uang yang dihadapi.
Menguantifikasi
Penyeimbangan
Peran
lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen risiko meliputi
proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternatif strategi
respons risiko. Akuntan harus mengukur manfaat dari lindung dinilai dan
dibandingkan dengan biaya plus biaya kesempatan berupa keuntungan yang hilang
dan berasal dari spekulasi pergerakan pasar.
Manajemen
Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang Risiko
kurs
valuta asing (valas) adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan
dihadapi oleh perusahaan multinasional. Dalam dunia kurs mengambang, manajemen
risiko mencakup:
1. antisipasi
pergerakan kurs,
2. pengukuran
risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan,
3. perancangan
strategi perlindungan yang memadai, dan
4. pembuatan
pengendalian manajemen risiko internal.
Peramalan atas
Perubahan Kurs
Informasi
yang sering kali digunakan dalam membuat peramalan kurs (yaitu depresiasi mata
uang) berkaitan dengan perubahan dalam faktor-faktor berikut ini :
1. Perbedaan
Inflasi (inflation differential). Kebijakan moneter (monetery policy)
2. Neraca
Perdagangan (balance of trade)
3. Neraca
pembayaran (balance of payment)
4. Cadangan
moneter dan kapasitas utang luar negeri (international monetary reserve and
debt capacity)
5. Anggaran
nasional (national budget)
6. Kurs
forward (forward exchange quotations)
7. Kurs
tidak resmi (unofficial rates)
8. Perilaku
mata uang terkait (behavior of related currencies)
9. Perbedaan
suku bunga (interest rate differentials)
10. Harga
opsi ekuitas luar negeri (foreign equity option prices)
Mendefinisikan dan
menghitung resiko
Potensi
terhadap risiko valuta asing timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah
nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi
tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada 2 jenis potensi
risiko, yaitu translasi dan transaksi
1. Potensi
Resiko Translasi
Potensi
risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai
ekuivalen mata uang domestic atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing
yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestic untuk tujuan
pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi ini
menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang dilaporkan. Aktiva atau
kewajiban dalam mata uang asing menghadapi potensi resiko kurs jika suatu
perubahan dalam kurs menyebabkan nilai ekuivalen dalam mata uang induk
perusahaan berubah.
2. Potensi
Risiko Transaksi
Potensi
Risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta
asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata
uang asing. Tidak seperti keuntungan dan kerugian translasi, keuntungan dan
kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Kontrol pusat
terhadap keseluruhan potensi risiko mata uang suatu perusahaan masih
dimungkinkan. Agar terlaksana, masing-masing perusahaan afiliasi luar negeri
harus mengirimkan laporan potensi risiko multi mata uang kepada kantor pusat
perusahaan secara terus menerus. Sekali potensi risiko telah digabungkan
berdasarkan mata uang dan negara, Perusahaan dapat melakukan kebijakan lindung
nilai terkoordinasi secara terpusat untuk menghilangkan kerugian potensial. Mengetahui
strategi perlindungan nilai tukar dan perlakuan akuntansi yang diperlukan Strategi
Perlindungan yaitu:
1. Lindung
Nilai Neraca. Dapat mengurangi potensi resiko yang dihadapi perusahaan dalam
menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban
perusahaan yang terpapar. Metode lindung nilai potensi risiko perusahaan
positif lainnya dalam sebuah anak perusahaan yang berlokasi di negara yang
rentan terhdap devaluasi meliputi :
a) Mempertahankan
saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk
mendukung operasi yang berjalan.
b) Mengembalikan
laba yang di atas jumlah yang diperlukan untuk ekspansi modal kepada induk
perusahaan.
c) Mempercepat
(memastikan-leading) penerimaan dan piutang dagang yang beredar dalam mata uang
lokal.
d) Menunda
(memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang lokal.
e) Mempercepat
pembayaran utang dalam mata uang asing.
f) Menginvestasikan
kelebihan utang tunai ke dalam persediaan dan aktiva lainnya dalam mata uang
lokal yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
g) Berinvestasi
dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat.
2. Lindung
Nilai Operasional. Bentuk perlindungan resiko ini berfokus pada variabel –
variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing.
Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang lebih
besar terhadap potensi kerugian mata uang.
3. Lindung
Nilai Struktural. Lindung nilai ini mencakup relokasi tempat manufaktur
untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan. atau
mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah atau komponen manufaktur.
4. Lindung
Nilai Kontraktural. Lindung nilai kontraktural ini memberikan fleksibilitas
yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi risiko valuta
asing yang dihadapi.
Akuntansi Untuk Produk
Lindung Nilai
Merupakan
kontrak atau instrumen keuangan yang memungkinkan penggunaannya untuk
meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan resiko pasar pada
pundak pihak lain. Kebanyakan instrumen keuangan ini adalah derivatif , dan
bukan merupakan instrumen dasar. Instrumen keuangan dasar, seperti perjanjian
pembelian kembali (piutang), obligasi, dan modal saham, memenuhi definisi
akuntansi konvensional untuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik. Instrumen
derivatif merupakan perjanjian kontraktual yang memberikan hak atau kewajiban
khusus dan memperoleh nilainya dan instrumen keuangan atau komoditas lainnya.
Banyak di antaranya didasarkan pada peristiwa yang bersifat kontijensi.
Akuntansi
untuk Produk Lindung Nilai Merupakan kontrak atau instrumen keuangan yang
memungkinkan penggunaanya untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak
mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini mencakup antara
lain kontrak forward, future, swap, opsi, dan gabungan dari ketiganya. Untuk
memahami pentingnya akuntansi lindung nilai, dicontohkan beberapa praktik
akuntansi lindung nilai yang dasar. Komponen dasar laporan keuangan (tanpa
pajak). Produk ini mencakup antara lain Contract Forward, future, SWAP, dan
Opsi mata uang.
1. Contract
Forward Valas merupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata
uang tertentu yang dipertukarkan dengan mata uang domestik, pada suatu tanggal
di masa mendatang.
2. Future
Keuangan merupakan komitmen untuk membeli atau menyerahkan sejumlah mata uang
asing pada suatu tanggal tertentu di masa depan dengan harga yang ditentukan.
3. Opsi
Mata Uang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual (put)
suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdasarkan harga (eksekusi)
tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa (eksekusi) yang telah
ditentukan.
4. SWAP
Mata Uang mencakup pertukaran saat ini dan dimasa depan atas dua mata uang yang
berbeda berdasarkan kurs yang telah ditentukan sebelumnya. SWAP mata uang
memungkinkan perusahaan untuk:
·
Mendapatkan akses
terhadap pasar modal yang sebelum tidak didapat diakses dengan biaya yang
relatif rendah.
·
Melakukan lindung nilai
terhadap risiko kurs yang timbul dari kegiatan usaha internasional.
Lindung Nilai Aset dan
Kewajiban yang Diakui atau Kesepakatan Perusahaan yang Tidak Diakui
Keuntungan
atas kontrak forward secara efektif telah mengimbangi devaliasi nilai mata
uang. Perkiraan margin kotor dan laba operasi dapat dibuat. Diskonkontrak
forward merupakan biaya atas lindung nilai risiko valas. Perlakuan akuntansi
yang sama dapat terjadi jika ekportir melakukan perjanjian penjualan untuk
mengirimkan barang dan menerima pembayaran dari importer dan untuk mengirimkan
barang segera dan menunggu beberapa saat untuk menerima pembayaran. Jenis kontrak
wajib ini dikenal sebagai komitmen mata uang asing.
Selain
itu, dapat juga terjadi dalam bentuk erkiraan akan dilakukan penjualan ekspor.
Harapan ini bukanlah hasil dari transaksi masa lalu ataupun juga hasil dari
komitmen penjualan perusahaan. Ini merupakan bentuk arus kas masa depan yang
tidak pasti (antisipasi transaksi). Dengan demikian, keuntungan atau kerugian
atas ontrak forward untuk melakukan lindung nilai terhadap perkiraan penerimaan
pada awalnya akan dicatat dalam ekuitas sebagia bagian dari laba komprehensif.
Jumlah ini akan direklasifikasikan menjadi laba kini di dalam periode saat
penjualan ekspor benar-benar dilakukan.
Lindung Nilai Investasi
Bersih dalam Operasional Asing
Ketika
sebuah anak perusahaan luar negeri memiliki posisi aktiva bersih terpapar
hendak dikonsolidasikan dengan induk perusahaan, maka akan timbul kerugian
translasi jika nilai uang asing mengalami penurunan reatif terhadap mata uang
induk perusahaan. Kerugian translasi juga terjadi jika anak perusahaan luar
negeri memiliki kewajiban bersih terpapar dan mata uanga asing miningkat
relative terhadap mata uang induk perusahaan. Salah satu cara untuk
meminimalkan kerugian ini adalah dengan membeli kontrak forward. Strategi ini
berarti menggunakan keuntungan transaksi yang direalisasikan dari kontrak
forward untuk mengimbangi kerugian translasi
Berspekulasi Dalam Mata
Uang Asing
Peluang
untuk meningkatkan laba dilaporkan dengan menggunakan kontrak forward dan opsi
dalam pasar valas. Kontrak forward yang dibeli untuk spekulasi pada awalnya
dicatat sebesar kurs forward. (Kurs forward merupakan indikator kurs spot yang
terbaik yang berlaku jika kontrak telah jatuh tempo). Keuntungan atau kerugian
translasi yang diakui sebelum penyelesaian bergantung pada antara kurs forward
awal dan kurs yang tersedia untuk periode kontrak yang tersisa.
Kesulitan
dalam pengukuran nilai wajar dan perubahan dalam nilai instrumen lindung nilai
terjadi apabila derivatif keuangan tidak diperdagangkan secara aktif. Sebagi
contoh, pengukuran keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan kontrak opsi
akan bergantung pada apakah opsi tersebut diperdagangkan pada suatu bursa efek
utama atau di luar bursa utama. Penilaian opsi dapat dengan mudah dilakukan
jika opsi dicatat pada sebuah bursa efek utama. Penilaian akan lebih sulit
dilakukan jika opsi diperdagangkan melaui perntara (over-the –counter). Disini
pada umumnya akan digunakan rumus penentuan harga secara matematis. Model
penentuan harga opsi yang disebut model Black-Scholes dapat digunakan untuk menentukan
nilai opsi pada suatu waktu.
Pengungkapan
Melakukan
analisis atas pengaruh potensial kontrak derivatif terhadap kinerja yang
dilaporkan dan terhadap karakteristik risiko suatu perusahaan merupakan hal
sukar dilakukan. Pengungkapan yang diwajibkan oleh FAS 133 dan IAS 39 sedikit
banyak telah menyelesaikan masalah ini. Pengungkapan itu antara lain:
1. Tujuan
dan strategi manajemen resiko untuk melakukan transaksi lindung nilai
2. Deskripsi
pos-pos yang dilindung nilai
3. Identifikasi
resiko pasar dari pos-pos yang dilindung nilai
4. Deskripsi
mengenai instrumen lindung nilai
5. Jumlah
yang tidak dimasukan dalam penilaian efektivitas lindung nilai
6. Justifikasi
awal bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan sangat efektif untuk
meminimalkan resiko pasar
7. Penilaian
berjalan mengenai efektifitas lindung nilai aktual dari seluruh derivatif yang
digunakan selama periode berjalan
Poin-Poin Pengendalian
Keuangan
Sistem
evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam berbagai sektor. Sektor ini mencakup
tetapi tidak terbatas pada bagian treasuri perusahaan, pembelian dan anak
perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian treasuri perusahaan mencakup
pengukuran kinerja seluruh program manajemen risiko nilai tukar,
mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan dan pelaporan hasil lindung
nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup dokumentasi atas bagaimana dan
sejauh apa bagian tresury perusahaan membantu unit usaha lainnya dalam
organisasi itu.
Tolok Ukur yang Sesuai
Objek
dari manajemen resiko adalah untuk mencapai keseimbangan antara pengurangan
resiko dan biaya. Dengan demikian standar yang tepat yang digunakan untuk
menilai kinerja aktual merupakan bagian yang diperlukan dalam setiap sistem
penilaian kinerja. Acuan ini perlu diperjelas dibagian awal sebelum pembuatan
program perlindungan dan harus didasarkan pada konsep biaya kesempatan.
Sistem Pelaporan
Sistem
pelaporan resiko keuangan harus dapat merekonsiliasikan sistem pelaporan
internal dan eksternal. Kegiatan manajemen resiko memiliki orientasi kedepan.
Namun pada akhirnya mereka harus merekonsiliasikan dengan pengukuran potensi
resiko dan akun-akun keuangan untuk keperluan pelaporan eksternal.
Manajemen Keuangan
Entitas-Entitas Multinasional
Perkembangan
yang disebabkan oleh variabel-variabel dan kendala-kendala tambahan yang
melambangkan dimensi multinasional. Risiko-risiko transaksi valuta asing,
batasan-batasan atas pengalihan dan keluar batas-batas nasional, hukum-hukum
pajak nasional yang beragam, perbedaan suku bunga antara berbagai pasar
keuangan masing-masing negara, kurangnya pasokan dana modal secara global, dan
efek-efek dari inflasi global atas aset, laba dan biaya modal perusahaan
merupakan beberapa contoh variabel yang meminta keahlian khusus pada diri
eksekutif-eksekutif keuangan multinasional
Manajemen Risiko Valuta
Asing
Risiko
valuta asing mengacu kepada resiko kerugian akibat perubahan-perubahan dalam
nilai tukar internasional dari valuta-valuta. Secara spesifik, fluktuasi nilai
tukar bisa mempengaruhi nilai aktiva dan kewajiban luar negri perusahaan, laba
valutanya dan arus kas masa depan. Sejak valutadari sebagian besar negara
industri relatif bebas untuk menemukan nilai tukar setiap hari. Selain itu,
tingkat perubahan ini juga tidak kecil. Berkenaan dengan kestabilan, tujuan
utama manajemn keuangan adalah meminimisasi kerugian keuangan yang bisa
diakibatkan oleh fenomena ini. Teknik-teknik manajemen dalam hal ini meliputi:
a) Peramalan
pergerakan nilai tukar
b) Mengukur
tampilan kinerja perusahaan terhadap risiko kerugian yang ditimbulkan oleh
fluktuasi valuta
c) Merancang
strategi-strategi untukmeng-hedge risiko-risiko nilai tukar
d) Menilai
kinerja
Meramalkan Perubahan
Nilai Tukar
Mereka
yang mendukung peramalan nilai tukar sebagai suatu perangkat manajemen risiko
yang sah berlandaskan pada gagasan bahwa
pembuatan-pembuatan keputusan dalam perusahaan memiliki kapasitas untuk
mengalahkan pasar secara keseluruhan pada saat meramalkan prilaku nilai tukar.
Kapasitas ini sebaliknya disdasarkan pada ketersediaan informasi yang tepat
waktu dan komprehensif. Informasi yang digunakan dalam memformulasikan
peramalan nilai tukar berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam
a) Perbedaan
laju inflasi
b) Kebijakan
moneter
c) Neraca
perdagangan
d) Neraca
pembayaran
e) Cadangan
moneter internasional dan kapasitas hutang
f) Anggaran
nasional
g) Kuotasi
nilai tukar ‘forward’
h) Nilai
tukar-nilai tukar resmi
i)
Prilaku valuta-valuta
yang berhubungan
j)
Perbedaan suku bunga
Manajemen
expousure valuta asing
Sebelum mengelola transaksi – transaksi perusahaan
untuk meminimalisasi efek – efeknegatif yang mungkin dari fluktuasi nilai
tukar, manajer keuangan dan akuntan manajemen perlu terlebih dahulu
mengidentifikasi tampilan kinerja perusahaan terhadap resiko nilai tukar.
Sebagai suatu konsep umum, tampilan kinerja valuta asing muncul setiap kali
fluktuasi nilai tukar valuta asing mengubah nilai aktiva, laba dan arus kas
perusahaan. Pengukuran – pengukuran akuntansi tradisional atas tampilan kinerja
valuta asing berpusat pada 2 macam tampilan kinerja utama-translasi dan
transaksi.
Sistem dan pengendalian
informasi manajemen
Masalah
pengendalian keuangan dan evaluasi kinerja ini sangat penting karena
masalah-masalah tersebut memungkinkan manajer keuangan untuk:
1
Mengimplementasikan
strategi finansial global dari perusahaan multinasional
2
Mengevaluasi sampe
sejauh mana strategi-strategi yang dipilih memberi kontribusinpada pencapaian
tujuan-tujuan korporasi
3
Memotivasi manajemen
dan karyawan untuk mengejar tujuan-tujuan keuangan dari perusahan se-efisien
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Choi Frederick
D.S. dan Meek, Gary K. 2010. International Accounting. Buku 2. Jakarta:Salemba
Empat.
Choi Federick
D.S dan Gary K. Meek. 2005. Akuntansi Internasional.Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Choi, Frederick.
D. S. dan Gary K. Meek.1999.International Accounting Edisi 2 Buku 2.Jakarta:Salemba
Empat
Tulisan
ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
S.D.A.Lana
S. Handayani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Langganan:
Postingan (Atom)