Jumat, 17 Juni 2016

tulisan esai

Motivasi Kerja  Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi

Seorang yang sudah lulus dan menjadi seorang sarjana maka akan melanjutkan kariernya, ada sebagian yang melanjutkan pendidikannya menjadi  Magister atau S2, ada juga yang memilih pendidikan profesi Akuntansi dan ada juga yang melanjutkan dengan bekerja. seseorang yang lulusan akuntansi telah banyak mendapatkan keahlian dan pengetahuan tentang akuntansi secara mendalam sejak mereka masih kuliah. Mahasiswa akuntansi dapat memilih kariernya sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik dan akuntan pemerintahan.
Pada saat ini sulitnya dalam mencari pekerjaan membuat seseorang lulusan akuntansi harus memiliki keahlian agar siap kerja dan mendapat karier yang baik, banyak saat ini mahasiswa yang memilih untuk menjadi wirausahawan. Tetapi, menjadi wirausahawan tidaklah mudah, walaupun setiap mahasiswa lulusan akuntansi mendapatkan matakuliah wirausahaan.
Pelajaran yang didapat oleh setiap mahasisiwa tidak hanya sebatas teori saja tetapi mahasiswa diajarkan untuk berwirausaha tetapi hanya sebatas kecil saja. Padahal ilmu yang didapat ini dapat menjadi solusi yang sangat baik untuk saat ini. Banyak lulusan yang berwirausaha tetapi tidak memiliki modal yang tidak besar.
Masalah ini sebetulnya dapat diatasi dengan bekerjasama dengan pemerintah dalam pengembangan modal, pemberian keterampilan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkecil resiko kerugian dan dapat menjadi seorang wirausahawan yang sukses dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi setiap masyarakat dan pada akhirnya dapat membantu pemerintah dalam memperkecil pengangguran.

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Akuntansi Internasional

Nama  : i. andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI

UNIVERSITAS GUNADARMA



Selasa, 14 Juni 2016

akuntansi internasional tugas bulan ke 4

Topik / Tema : PSAK NO.10
Judul : ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.10 TAHUN 2012 TERHADAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PT. BANK CENTRAL ASIA (BCA) TBK.
Nama Penulis : 1. Andre Kevin Roring
2. Jenny Morasa
3. Rudy Pusung
Peneliti tertarik untuk menganalisis secara mendalam bagaimana penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, terutama dalam menentukan mata uang fungsional, prosedur yang dilakukan dalam pengukuran kembali ( remeasurement) serta bagaimana menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian deskriptif yaitu menganalisa dan membandingkan data-data yang diperoleh pada Penerapan PSAK No. 10 tahun 2012 terhadap Bank BCA. Metode Pengumpulan Data dalam Jenis Data yang digunakan data kualitatif  dan kuantitatif, sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder. Bank BCA melakukan pertimbangan dalam menetukan mata uang Fungsional dengan memperhatikan hirarki indikator dalam penentuan suatu mata uang Fungsional yang dijelaskan dalam PSAK No.10 Tahun 2012 yaitu , Mata uang untuk dana dari aktifitas pendanaan dihasilkan (antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas). Dan Mata Uang untuk penerimaan dari aktifitas operasi pada umumnya ditahan.  Pencatatan Tranaksi Bank dari awal pendirian hingga akhir tahun 2013 menggunakan Metode Single Currency dimana seluruh biaya dan pendapatan mata uang asing dicatat dalam mata uang Rupiah seperti yang telah di jelaskan sebelumnya sama seperti penerapan mata uang fungsional yang tetap menggunakan mata uang rupiah beserta proses pengukuran kembali pada laporan keuangan per 31 desember 2012 dan 2013. Bank melakukan pencatatatan menggunakan mata uang yang sama dengna mata uang Fungsional, yaitu Rupiah. Hal tersebut sesuai dengan PSAK No.10 (2012) tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing yang menjelaskan bahwa mata uang pencatatan disamakan dengan mata uang Fungsional. Pencatatan transaksi dengan menggunakan mata uang fungsional memberikan manfaat bagi Bank yaitu dapat memperkecil nilai selisih Kurs. PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang pengaruh perubahan Kurs Valuta Asing dijelaskan bahwa mata uang pelaporan diperbolehkan sama dengan mata uang Fungsional atau dapat juga berbeda. Sejak pendirian hingga sekarang pelaporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang rupiah juga sebagai mata uang fungsional yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari aktifitas bank, Bank BCA mentukan mata uang penyajian dalam laporan keuangan sama dengan mata uang fungsionalnya yaitu Rupiah. Penelitian sebelumnya oleh Litsyani (2012) mengenai Analisis Penerapan PSAK 10 (revisi 2010) pada perusahaan batu bara studi kasus PT.MMM mendukung penelitian sekarang yang membahas tentang penerapan PSAK No.10 tentang Analisis penelitian PSAK No.10 terhadap Bank Central Asia (BCA) Tbk., hasil penelitian sebelumnya adalah menganalisis cara perusahaan menggunakan mata uang Fungsional berdasarkan PSAK 10 revisi 2010 dan melakukan proses pengukuran kembali menggunakan mata uang fungsional untuk mencatat dan menyusun laporan keuangan, sedangkan penelitian sekarang juga membahas tentang menganalisis cara Bank menggunakan mata uang Fungsional berdasarkan PSAK No. 10 Tahun 2012 dan melakukan proses pengukuran kembali menggunakan mata uang fungsional untuk mencatat dan menyusun laporan keuangan. Kesimpulan dalam penelitian ini : PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. dalam menerapakan PSAK No.10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta asing telah menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung Penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 dalam Kegiatan aktivitas bank sesuai Standar Akuntansi yang berlaku, dalam hal ini Bank melakukan analisis-analisis untuk melihat Kebijakan Penerapan PSAK No.10 Tahun 2012 yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu dilihat dari penentuan mata uang Fungsional, pengukuran pos moneter dan pos non-moneter, dan penyajian kembali laporan keuangan setelah diterapkan PSAK No. 10 Tahun 2012.

Sumber :
Jurnal EMBA 351 Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal. 343-353


Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA

Senin, 13 Juni 2016

akuntansi internasional tugas bulan ke 4

Topik / Tema : Implementasi IFRS
Judul : DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN AKUNTANSI DI INDONESIA
Nama Penulis : Nining Ika Wahyuni

Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meresmikan (grand launching) program konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS), yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Indonesian GAAP) akan dikonvergensikan secara penuh dengan IFRS pada tanggal 1 Januari 2012. Tentu saja hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi dunia pendidikan terutama perguruan tinggi yang notabene dituntut untuk segera membuat perubahan dan mengambil langkah-langkah tertentu sehingga dapat  mensukseskan rencana adopsi secara penuh standar akuntansi international terebut. Metoda penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metoda penelitian deskriptif dengan menggunakan sumber data dari berbagai literature berupa buku, informasi di media cetak maupun elektroknik serta dari internet. Proses konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak terhadap pendidikan, antara lain Perubahan mind-stream dari rulebased kepada principle-based, Banyak menggunakan professional judgemen, Banyak menggunakan fair value accounting,  IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lain, Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS dan Peluang Riset. Banyak kalangan menilai dari segi pendidikan kita belum siap. Dikhawatirkan, lulusan PPA nantinya tidak memiliki kompetensi IFRS. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan IFRS, KAPd telah mengadopsi standar pendidikan internasional (International Education Standard/IES) yang dikeluarkan International Federation of Accountants (IFAC). IFAC mengeluarkan tujuh standar pendidikan internasional yang berlaku efektif per 1 Januari 2005. Profesi akuntan akan memainkan peran makin penting dalam perekonomian nasional saat Indonesia mulai menerapkan International Financial Reporting Standard (IFRS) pada 2012. Namun, karena keterbatasan pendidikan, jumlah dan kompetensi akuntan Indonesia terbilang belum memadai. Data dan fakta-fakta yang disampaikan Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Departemen Keuangan pada Dialog Komite Evaluasi dan Rekomendasi Pendidikan Profesi Akuntan (KERPPA) IAI yang dilaksanakan pada 20 Mei 2009 menunjukkan bahwa dibanding dengan negara-negara lain, kondisi profesi akuntan di Indonesia masih memprihatinkan baik dari sisi jumlah maupun kompetensi. Karena itu, daya saing jasa akuntansi di Indonesia masih terbilang rendah.. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Dalam rangka adopsi IFRS secara penuh di tahun 2012, KAPd banyak menggelar workshop nasional bagi kalangan dosen dengan tujuan training for the trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan bisa ditiru dan menyebar ke berbagai daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan di Indonesia bisa bersaing dengan lulusan luar negeri dan mampu memenuhi tuntutan IFRS.

Sumber :
Jurnal Akuntansi  Universitas Jember, vol 9 No. 1. 2011

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA

akuntansi internasional tugas bulan ke 4

Topik / Tema : Pengungkapan Laporan Keuangan
Judul : ANALISIS HUBUNGAN ANTARA  KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DI INDONESIA
Nama Penulis : Farichah

laporan keuangan haruslah memuat pengungkapan informasi yang cukup (full disclosure). Pengungkapan informasi pada laporan keuangan dikelompokkan ke dalampengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntarydisclosure). Metode penelitian ini yaitu  Y adalah variabel dependen dan X1 sampai X6 merupakan variabel independen. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, F – Test, dan NPar – Test. dengan keterangan : Y = indek skor pengungkapan, X1 = tingkat likuiditas (current ratio), X2 = tingkat solvabilitas (leverage ratio), X3 = tingkat rentabilitas (ROI), X4 = total assets, X5 = dummy jenis industri (manufaktur/non-manufaktur), X6 = dummy status perusahaan (PMA/PMDN), β = konstanta atau parameter dan e = error dan Populasi penelitian meliputi semua perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2004. Untuk menjamin bahwa variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terwakili maka sampel dipilih dengan metode proportionate stratified sampling. Hasil pengolahan data dengan regresi linier berganda menyebutkan bahwa status perusahaan (yang digolongkan ke dalam kelompok PMA dan PMDN) menunjukkan angka yang signifikan sebesar 0.000. Hasil ini berarti bahwa status perusahaan mempunyai pengaruh yang cukup terhadap kelengkapan pengungkapan. Variabel independen lainnya seperti Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Jenis Industri, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan. Nilai R sebesar 0.652 dan R2 sebesar 0.425. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Dummy Jenis Industri, serta Dummy Status Perusahaan hanya mampu menjelaskan sebesar 42,5% selebihnya terdapat variabel lain yang tidak dicakup dalam penelitian yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Dari tabel pengolahan ANOVA, signifikansinya adalah 0.000. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Leverage Ratio, ROI, Total Assets, dan Dummy Jenis Industri, serta Dummy Status Perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (kelengkapan pengungkapan).

Sumber :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No.2, Juli 2009

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA

akuntansi internasional tugas bulan ke 4

Topik / Tema : Mata Uang Lokal  terhadap Nilai Ekspor
Judul : PENGARUH PELEMAHAN NILAI TUKAR MATA UANG  LOKAL (IDR) TERHADAP NILAI EKSPOR (Studi Pada Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Tahun 2009-2013)
Nama Penulis : 1. Dio Putra Perdana
2. Fransisca Yaningwati
3. Muhammad Saifi
Penguatan nilai tukar mata uang tidak selalu memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, sama seperti pelemahan nilai tukar yang belum tentu berdampak negatif pada perusahaan, sebab fluktuasi nilai tukar mata uang akan menyebabkan terjadinya eksposur ekonomi dalam perdagangan bebas. Eksposur ekonomi adalah tingkat di mana nilai sekarang arus kas perusahaan dipengaruhi fluktuasi kurs, transaksi bisnis internasional yang memerlukan konversi mata uang mencerminkan eksposur transaksi, Ekspor dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki nilai ekspor CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia, selain itu CPO merupakan salah satu tulang punggung ekspor Indonesia, dari total 54,527 juta ton produksi CPO dunia, Indonesia memasok sebesar 28 juta ton pada tahun 2012 (www.ptpn6.com).Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan variabel X dan Y serta menggunakan analisis Deskriptif yaitu dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah dari setiap variabe  dan Analisis Inferensial yaitu Uji Asumsi Klasik : Uji Normalitas ; Uji Heteroskedastisitas, Regresi Linear dan Uji Hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor dengan nilai statistik uji |thitung| lebih besar dari ttabel (4,963> 2,032).Selain itu, berdasarkan dari nilai signifikansi pada tabel anova, yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Dari kedua perbandingan tersebut dapat diambil keputusan H0 ditolak pada taraf . Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Ekspor (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi melalui uji t menunjukkan variabel Depresiasi berpengaruh signifikan terhadap Nilai Ekspor dengan nilai thitung sebesar 4,963 yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan satu persen efisiensi Depresiasi akan diikuti dengan kenaikan sebesar 2,032. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap nilai ekspor. Variabel bebas yang digunakan adalah Depresiasi (X), sedangkan Nilai Ekspor (Y) menjadi variabel terikat. Berdasarkan pada uji hipotesis dapat diketahui bahwa: Variabel depresiasi (X) berpengaruh siginifikan terhadap variabel nilai ekspor (Y), Hal ini dapat diartikan bahwa terjadinya pelemahan nilai tukar mata uang mata uang lokal secara signifikan mempengaruhi terjadinya kenaikan nilai ekspor.
Sumber : Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 17 No. 2 Desember 2014
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama : I. Andani
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA